Cerita Dewasa – Demi Kecantikan Aku Rela Melakukan Sex
Cerita Dewasa – “Sayang, coba lihat yang baru aja aku beli.”, Aku memamerkan lingerie yang sore tadi aku beli.
“Wah, bagus kok yang.”, kata suamiku, dan ia ngeloyor ke kamar. Dan aku mengikutinya.
“Sayang, beneran bagus kah?”, kataku, sambil menggoyang suamiku yang telah baring.
“Iya, bagus kok. Besok subuh bangunin aku jam 5 ya. Aku ga mau telat kayak tadi pagi.”. dan begitu, ia telah terlelap.
Aku yang sedang nanggung ini dan belum mengantuk sama sekali memilih untuk berbaring di sofa, menonton tv sambil menunggu kantuk datang. Rasanya percuma aku membeli lingerie ini. Niatku yang kesekian kali untuk bermesraan kembali dengan suamiku harus pupus lagi.
Aku memang belum berusia 30 tahun. Namun karena tahun lalu aku melahirkan, lemak-lemak yang menumpuk selama masa hamil itu masih melekat di tubuhku.
Aku masih ingat bagaimana suamiku senantiasa memuji kecantikanku, betapa sexyny tubuhku, sebelum aku hamil lalu menggendut.
Memang ada beberapa orang yang memujiku masih cantik dan sexy walaupun aku lebih gendut daripada yang dulu. Laki-laki dan perempuan, mereka berkata begitu. Namun itu aku anggap sebagai gombalan. Buktinya suamiku tak mau menyentuhku selama setahun ini. Jangankan menyentuh, melirik saja ogah-ogahan.
Paginya aku terbangun. Masih di sofa dan masih mengenakan lingerie. Aku tak ingat jam berapa aku tidur. Mungkin menjelang subuh, karena bayiku beberapa kali bangun dan aku harus menenangkannya. Bayiku pun ikut menemaniku tidur di ruang keluarga, di tilamnya yang hangat di atas karpet. Mungkin aku tertidur setelah menyusuinya
Untuk Mengembalikan Kecantikanku ”
Aku lihat ke kamar. Dan ke semua ruangan. Suamiku telah berangkat kerja. Terang saja, ini hampir jam tujuh pagi.
Selesai bersih-bersih teras, aku membuka kotak surat. Kami berlangganan koran, dan koran yang diantar memang dimasukkan ke kotak surat. Aku menemukan selebaran yang cukup menarik.
Selebaran itu menawarkan jasa pelayanan untuk kecantikan dan keindahan tubuh khusus perempuan.
Disitu tertera alamat, website, dan kontak person. Aku tertarik. Aku kemudian bergegas menyalakan aptop dan online. Di halaman web tersebut, pengunjung yang tertarik diarahkan untuk mendaftar. Aku mengisi biodata, foto full body, dan motivasi atau tujuan untuk mengikuti klub kecantikan tersebut. Dan selesai.
Tak lama, aku mendapat e-mail. Pemberitahuan bahwa nanti akan ada telepon dari kelas kecantikan itu. CS di telepon berbicara ramah sekali, dan aku telah membuat janji ketemu di tempat tersebut malam ini. Aku sungguh tak sabar. “Cerita Sex: Usahaku Untuk Kembali Cantik ”
Bayiku sengaja kubawa. Setibanya di klub, aku sedikit heran, kenapa sepi sekali. Dalam hatiku, mungkin karena baru buka, jadi belum banyak orang yang tahu.
“Silahkan ibu, ada yang bisa saya bantu.”, kata resepsionis. Seorang perempuan yang aku ingat suaranya. Ia berbicara ramah sekali.
“Iya, permisi. Saya tadi pagi sudah mendaftar dan malam ini sudah buat janji.”
“Oh, iya. Dengan Bu Ana ya?”
“Iya, saya Ana.”
“Baik ibu, silakan ikut saya.”
Aku mengikutinya naik ke lantai 2.
“Ibu silakan ganti pakaian dulu. Untuk rincian program klub, akan berjalan selama enam bulan dengan dua program, yaitu pijat dan olahraga. Namun untuk promosi ini, selama dua minggu akan kami layani secara Cuma-Cuma, namun hanya untuk menikmat layanan pijat kami sebanyak maksimal dua kali seminggu. Kalau ibu berminat melanjutkan, ibu diwajibkan membayar uang muka terlebih dahulu dan sisanya bisa dicicil setiap bulan selama enam bulan masa program. Ada yang kurang jelas ibu?”
“Ah, tidak…”, aku tidak terlalu mendengarkannya, pikiranku lebih tertuju pada ruangan ini dan apa yang akan aku alami nanti dan bagaimana hasilnya. Sungguh tak sabar.
“Baik ibu, silakan berganti pakaian dulu untuk pijatnya. Dan kalau ibu memerlukan saya, bisa telepon resepsionis dengan menekan nomor nol di telepon di lorong. Saya tinggal dulu ya bu. Permisi.”
Perempuan itu meninggalkanku sendirian.Aku terkejut ketika melihat pakaian yang aku terima untuk pijat. Bukan seperti di tempat pijat lainnya yang aku ketahui. Di sini aku menerima bikini two pieces sebagai pakaianku untuk pijat nanti. Namun kupikir itu tak mengapa, toh nanti therapist-nya juga perempuan. Namun bikini ini cukup menyiksaku. Ukurannya sungguh kecil. Susuku yang cukup besar ini tak muat di dalam bra-nya, aerolaku terlihat jelas. Dan celananya pun juga kekecilan, bulu jembutku keluar dari atas dan kanan kiri. Aku sungguh malu. Syukur mereka juga menyediakan handuk.
Sambil menunggu therapist-nya, aku menyusui bayiku. Agar ia nanti tidak rewel.
“Permisi, sudah siap ibu?”
Loh kok ada laki-laki bisa masuk? 2 orang pula-, batinku.
Aku tersontak kaget dan menutupi susu dan anakku yang masih menyusu dengan handuk.
“Permisi ibu, kami berdua yang akan memijat ibu. Kalau ibu sudah siap, akan kami mulai.”, kata therapist yang rambutnya dipirangkan.
“Loh kok therapist-nya laki-laki?”
“Iya ibu, di sini therapist-nya campur. Dan hanya kami yang tersedia untuk sekarang. Setiap orang, dilayani dua therapist.”
“Tidak ada yang perempuan?”
“Benar bu, hanya tersisa kami.”
“Kalau begitu tidak jadi saja. Saya mau pulang.”
“Loh jangan pulang dong bu. Kan sudah sampai disini. Bukannya tujuan ibu datang kesini untuk mengembalikan kemesraan hubungan ibu dan suami ibu?”
“Iya sih…”, kataku.
“Kalau begitu, ibu datang ke tempat yang tepat. Kami bisa membantu ibu dan suami untuk bisa mesra kembali. Dan membuat suami ibu terus-terusan nempel sama ibu.”
“Beneran bisa?”
“Kami bisa dan siap membantu bu.”, kata si pirang.
Aku sedikit ragu untuk melanjutkan. Aku malu dan tak mau mereka nanti menjamah tubuhku. Apalagi mereka telah melihat sebelah susuku yang sedang dikenyot bayiku. “Cerita Sex: Usahaku Untuk Kembali Cantik ”
Film Bokep – Namun, kupikir kembali tentang suamiku dan kemesraan kami yang telah hilang belakangan ini. Aku tekadkan niat untuk melalui ini. Toh ini masih dalam promosi dan aku bisa tak melanjutkannya besok.
“Umm.. baiklah, saya sudah siap.”, bayiku telah terlelap.
Aku membaringkannya di dipan sebelah. Terlanjur, aku berdiri hanya mengenakan bikini yang tak mampu menutupi aerola dan bulu jembutku. Malu, namun ada perasaan panas yang dulu pernah kurasakan.
“Baik ibu, silakan baring terlentang.”, kata si pirang. Ada dua orang, yang pirang dan yang berambut hitam.
Mereka sedang menyiapkan minyak dan masker. Aku melirik mereka. Tampan juga mereka. Dan kaos ketat yang mereka kenakan, aku bisa mengetahui kalau tubuh mereka pasti bagus. Tangan mereka kekar. Aku semakin deg-degan.
“Permisi ibu, kami mulai ya.”, kata si pirang.
Si pirang dengan tangannya yang licin, memijat wajahku hingga leher. Dan si rambut hitam, memijat telapak kakiku. Ah sungguh nikmat.
Diperlakukan begitu, aku merasakan vaginaku mulai gatal. Baru kali ini ada dua orang laki-laki selain suamiku berada sedekat ini denganku, dengan keadaan aku yang hanya mengenakan bikini yang aerola dan jembutku saja tak mampu tertutupi. Terlebih lagi pijatan mereka begitu nikmat, birahiku naik perlahan.
Si pirang mengelap wajahku dan mengoleskan masker hingga ke leher. Mereka meninggalkanku sejenak. Aku semakin deg-degan, memikirkan apa yang akan aku alami nanti.
Mereka kembali, dan membersihkan wajahku. Aku bangun. Dan syukurlah, bayiku masih anteng-anteng saja di dipan sebelah.
“Ibu, silakan tengkurap.”, kata si pirang. Ini si rambut hitam orangnya pendiam bertangan dingin.
Mereka melumuri punggung dan kakiku dengan minyak. Dingin.
Tangan mereka mulai bekerja. Pijatan mereka sungguh nikmat. Beberapa kali aku mendesah.
Tangan si pirang mulai jahil, ia melepas ikatan bra-ku. Aku biarkan saja, agar ia lebih leluasa memijat punggungku. Tangan si rambut hitam lebih nakal lagi. Ia mulai memijat bagian dalam pahaku. Vaginaku beberapa kali tersentuh. Kemudian tangannya naik ke pantatku.
“Ah!…”, tidak!, aku mendesah. Desahan ini bukan desahan seperti sebelumnya. Ini desahan nikmat. Tangan si rambut hitam cukup lama memijat pantatku. Birahiku semakin naik.
Dan kemudian mereka selesai. Sungguh nanggung rasanya.
“Ibu, bagian depannya ibu. Silakan terlentang.”, kata si pirang.
“Eh, terlentang?”
“Iya ibu, sekarang bagian depannya.”, kata si pirang dengan wajah ramah. “Pijatnya memang seluruh tubuh bu. Dan setelah bagian depan, maka pijatnya selesai. Ibu boleh pulang.”
Aku kembali ragu. Agak tak rela jika tubuh ini harus di jamah laki-laki lain selain suamiku. Namun dengan birahiku yang sedang naik ini, aku ingat suamiku, serta kemesraan kami. Aku menginginkan itu kembali.
Aku terlentang, mereka melumuri tubuh bagian depanku dengan lebih banyak minyak.
Mereka berdiri di kanan-kiriku. Mereka melanjutkan dengan kedua lenganku.
“Ibu sebenarnya cantik kok. Sungguh cantik. Kami akan membantu ibu untuk jadi lebih cantik lagi. Cuma, memang lemak yang ada di tubuh ibu ini yang menutupi kecantikan ibu. Tapi itu bisa kita atasi bersama kok bu.”, akhirnya si rambut hitam bicara. Suaranya lebih rupawan ketimbang si pirang. Tampangnya yang lebih laki daripada si pirang, suaranya yang rupawan, aku jatuh hati. Apalagi brewoknya yang tipis. Bodohnya aku.
“Ah, jangan begitu, saya malu. Suami saya saja tidak mau menoleh karena saya gendut.”
Si pirang lalu pindah ke bahu, dan si rambut hitam kembali memijat kakiku.
Pijatan si pirang menaikkan lagi birahiku. Tangannya kini memijat dadaku. Sungguh nikmat, aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Aku mulai terlena dan mendesah sesekali. Dari bagian atas, ia lanjut memijat samping susuku, kemudian bagian bawah susuku.
“Bra-nya dilepas saja ya bu.”. kata si pirang.
Aku mengangguk. Sebenarnya aku tak mau, tapi aku mengangguk. Karena sebelumnya ikatan bra telah dilepaskan, si pirang tinggal menarik saja bra itu dan kemudian lepas. Kini susuku yang hanya dilihat dan dinikmati suamiku, terpampang bebas di hadapan dua laki-laki yang namanya saja aku tidak tahu. “Cerita Sex: Usahaku Untuk Kembali Cantik
Foto Bokep – Si pirang mengulangi lagi pijatannya di dadaku, dari bagian atas susuku, ke samping, lalu bagian bawah. Terus kembali lagi dan berulang. Namun semakin diulang, semakin dekat ia memijatnya ke putingku. Dan ia tak lagi memijat, melainkan sekarang malah meremas susuku. Karena produksi susu masih ada, asi-ku muncrat berhamburan. Dan remasan tangan si pirang di susu dan putingku semakin membuatku nafsu. Aku mendesah tanpa henti ketika ia memainkan susuku. Sungguh nikmat.
Si rambut hitam masih di kakiku. Tangannya perlahan-lahan naik ke paha, memijat bagian dalam. Dan akhirnya naik ke pinggul.
Cukup lama ia memijat pinggulku. Dan si pirang masih saja memainkan susu dan putingku. Keduanya.
Tanpa memberitahu, si rambut hitam melebarkan kakiku. Ia kini memijat vaginaku dari luar. Pijatannya sungguh nikmat membuatku semakin mendesah.
Ia menarik celanaku, satu-satunya yang masih menempel di tubuhku. Aku kaget, dan bangun.
“Tenang bu, ini bagian dari proses pijat kok.”, kata si rambut hitam. Aku hanya mengangguk. Lagi-lagi.
Dan aku akhirnya telanjang bulat di hadapan mereka. Sungguh malu namun nikmat. Aku kembali baring. Dan si pirang lanjut memainkan susu dan putingku. Si rambut hitam dengan telaten memberikan pijatan yang sungguh nikmat di vaginaku, cukup lama. Hingga vaginaku banjir.
Aku kembali bangun. Tidak, jari si rambut hitam telah masuk ke vaginaku, yang sebelumnya hanya suamiku yang pernah memainkannya.
Aku memegang tangannya untuk menghentikan perbuatannya.
Tapi ia berkata,
“Tenang bu, ini juga bagian dalam proses pijatnya kok. Ibu nikmati saja.”
Aku yang telah kepalang tanggun, akhirnya menerima saja.
Aku kembali baring. Dan, oh Tuhan. Ini sungguh nikmat. Luar biasa.
Aku mendesah sejadi-jadinya, menggeliat sejadi-jadinya. Jari-jari di rambut hitam mengerjai vagina dan itilku. Jarinya mengobok-obok bagian dalam vaginaku.
Kakiku rasanya panas. Ada rasa yang belum pernah aku rasakan. Dan aku rasanya mau pipis. Aku tak bisa bangun untuk pipis. Mereka kompak mengerjai susu dan vaginaku. Bagian tubuhku itu memang sangat sensitif.
Aku semakin tak mampu menahan pipisku, dan akhirnya aku pipis. Pipis kali ini sungguh beda rasanya. Sungguh nikmat bukan kepalang. Tubuhku mengejang dan kakiku rasanya kaku. Bukannya berhenti, mereka malah semakin jadi mengerjai susu dan vaginaku. Mengobok-obok vaginaku.
Aku lemas luar biasa. Si pirang di belakangku menopang tubuhku. Aku hanya bisa terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang tadi.
Aku merasakan sesuatu menggesek lagi vaginaku. Baru saja aku membuka mataku. Benda tersebut telah masuk ke dalam vaginaku. Itu adalah penis milik si rambut hitam. Begitu masuk ia langsung menyodokku dengan kasar, yang belum pernah aku rasakan. Besar dan keras. Lebih besar, keras, dan panjang ketimbang milik suamiku.
Tanganku mau mendorong tubuh si rambut hitam, namun dicegah oleh si pirang.
“Tenang bu. Nikmati saja.”, kata si pirang.
Dan tangan kanannya lalu memainkan itilku, dan tangan kirinya meremas susuku. Mulutnya menyambar bibirku dan melumatnya. Ciumannya sungguh ganas. Aku sebenarnya tak boleh melakukan ini. Tapi ini sungguh nikmat.
Rasa kebelet pipis seperti tadi muncul lagi, dan tak perlu lama, aku akhirnya pipis lagi tanpa bisa aku tahan.
Kami berganti posisi, kini aku menungging. Si rambut hitam kembali menyodokkan penisnya di vaginaku dengan kasar. Tangannya meremas kedua pantatku. Desahanku berlanjut. Oh tidak, penis laki-laki lain di dalam vaginaku.
Satu penis lagi menempel di bibirku. Ternyata itu milik si pirang. Ukurannya hampir menyamai penis milik si rambut hitam.
“Jangan. Aku belum pernah.”, kataku.
“Dicoba saja bu. Ini nanti biar suami ibu nempel dengan ibu.”, kata si pirang.
Belum aku membalas omongannya, penisnya sudah masuk ke mulutku. Ini pertama kalinya aku mengemut penis. Dan bukan penis suamiku.
Rasanya sungguh aneh. Namun sungguh nikmat. Si rambut hitam sungguh lihai mengerjai vaginaku. Dan satu penis lagi di mulutku, sensasinya sungguh luar biasa.
Kami berganti gaya. Si rambut hitam baring di bawahku. Tanpa dibimbing, aku memasukkan penisnya ke vaginaku. Sungguh aku di luar kendali. Dan si rambut hitam mulai menyodokkan penisnya lagi di vaginaku, dengan kasar.
Susuku berayun-ayun di hadapan wajahnya. Kedua susuku ia sambar dan ia hisap keduanya bergantian. Aku melihat di mulutnya terdapat air susuku.
Si pirang memegang pantatku, dan melumuri lubang pantatku dengan minyak yang cukup banyak. Kemudian ia arahkan kepala penisnya ke lubang pantatku.
“Tolong, jangan disitu.”, kataku.
“Kenapa bu?”, kata si pirang.
“Saya belum pernah. Jangan!”
Ia tak membalas omonganku. Tanpa izinku, ia memasukkan penisnya ke lubat pantatku.
Aku menjerit sejadi-jadinya. Awalnya sakit, namun berubah nikmat. Sensasi yang belum pernah aku dapatkan. Kenikmatan yang belum pernah aku dapatkan. Sungguh nikmat.
Dua penis laki-laki di dalam tubuhku. Bukan milik suamiku. Lebih daripada milik suamiku. Satu di vagina, satu lagi di lubang pantat. Keduanya mneyodok dengan kasar. Dan aku lagi-lagi pipis luar biasa. Tubuhku langsung ambruk menimpa si rambut hitam. Namun keduanya masih mengerjai vagina dan pantatku. Malah sodokan mereka malah semakin cepat.
Si rambut hitam berkata di telingaku, “Bu, saya semprot dalam ya.”
“Saya juga ya bu.”, Kata si pirang.
Aku tak mampu menjawab, hanya menggelengkan kepalaku.
Namun mereka malah menyemprotkan sperma mereka di dalam tubuhku. Oh tidak, aku takut hamil.
Selesai mereka menuntaskan birahi mereka, mereka membaringkanku di dipan pemijatan. Aku mengatur nafasku, dan masih menikmati sisa-sisa kenikmatan yang barusan. Vagina dan lubang pantatku rasanya ngilu.
Aku melihat mereka berdua berdiri di kanan-kiriku. Mereka juga telanjang. Tubuh mereka sangat menarik. Begitu atletis.
Si rambut hitam mengelus rambutku, kemudian mengecup keningku. Perlakuannya sungguh laki. Aku merasa nyaman. Bukan merasa dilecehkan, namun merasa nyaman.
Dan bayiku masih terlelap di dipan sebelah. Ia sungguh lucu kalau terlelap
Akhirnya aku tahu nama mereka. Si pirang bernama Toni, dan si rambut hitam bernama Imam. Juga aku akhirnya tahu, pipis heboh yang aku alami itu adalah orgasme. Hal yang dulu tak pernah aku dapatkan.
Setelah sesi pijat yang pertama, aku menghabiskan keseluruhan jatah promosi. Namun aku meminta sesi pijat selanjutnya tak aku jalani di klub, melainkan di rumah, dan yang melayaniku tetap si Toni dan Imam. Mereka menyanggupi, dan Toni dan Imam akhirnya rutin datang kerumahku ketika suamiku bekerja, untuk memberikan layanan pijat mereka dengan durasi lebih lama. Tepatnya mengerjaiku. Dan mereka selalu menyemprotkan sperma mereka ke dalam tubuhku. Vagina, lubang pantat, dan mulutku juga. Mulutku yang tak pernah menerima sperma, akhirnya merasakan juga disemprot sperma dan menelannya.
Akupun mendaftarkan diri untuk mengikuti program lanjutan.
“Kamu akhir-akhir ini cantik banget. Bikin aku nafsu deh.”, kata suamiku.
“Iya dong. Kan demi kamu.”, kataku.
“Sayang, malam ini layani a…”
“Eits, ntar dulu. Tunggu proses mempercantik diri aku selesai, baru aku layani kamu, ya sayang.”
“Tapi sayang…”
Belum selesai suamiku bicara, aku membawa bayiku ke kamar, meninggalkan suamiku sendirian di ruang keluarga.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,